}

Wednesday 19 October 2016

Mencicipi "Durian Lay", Durian enak bukan durian ketela

Alhamdulillah, musim durian sudah segera mulai, beberapa pohon durian disekitar rumah udah mulai memunculkan bunga, bahkan ada beberapa yang sudah menjadi buah. Tepat didepan rumah ada pohon milik tetangga bahkan sudah besar-besar, buahnya juga banyak. Bersyukur bapak saya sudah menanam durian dari jaman dulu, udah puluhan tahun, dikebun saja ada pohon hasil okulasi yang sebesar badanku. Itu artinya beliau (bapak saya) sudah mulai menanam durian unggulan sejak lama sekali. Salah satu durian pilihan beliau adalah durian Lay. Durian yang konon berasal dari kalimantan ini tumbuh subuh dikebun bapak. Jumlahnya cuman satu pohon, sudah besar umurnya diperkirakan sudah mencapai 15 an tahun. Musim durian kali ini (yang belum mulai sebenarnya) durian Lay punya bapak berbuah 3. Satu diantaranya jatuh sebelum matang. Akhirnya alhamdulillah ada 3 buah yang bisa terselamatkan.

Sebagai anak, saya mendapat kehormatan mencicipi durian lay ini satu butir utuh. Setelah beberapa hari diperam --walaupun sudah matang pohon--- tibalah saya membuka buah berduri ini. Banyak sekali suara miring mengenai durian asal pulau seberang ini. Ada yang bilang durian ketela, durian bagus tampilan tapi rasa menipu dll. Ya tidak bisa menyalahkan juga mungkin yang bilang seperti itu sudah pernah memakan dan kecewa. Makanya sebuah tantangan bagi saya untuk mencoba sendiri seperti apa rasanya durian lay ini.

begitu kulit durian ini dibuka, wowww....saya sangat terkejut, warna kuningnya sangat istimewa....orange keemasan. Sepeti warna nangka begitulah. Tak sabar rasanya tangan ini untuk mencoba mengambil isi dari durian lay ini. Sebelum mengambil saya perhatikan daging buah ini yang agak mengkerut, memperlihatkan bahwa dagingnya begitu lunak, saya yakin rasanya enak.

akhirnya tanpa pikir panjang lebar langsung saya lepppp......hmmm luar biasa, banyak orang bilang durian ketela, durian penipu, setelah daging durian lay yang lembut ini masuk ke mulut saya semua itu saya anggap sebagai "fitnah". Rasa lay menurut saya 90% bahkan 99% seperti rasa durian. Kelegitannya, kelembutannya dimulut sampai ketika saya menelan ditenggorokan seperti masih nyangkut. Memang diakui ada beberapa perbedaan dengan durian yang pada umumnya saya makan. Tapi berbedaanya sangat sedikit sekali, diantaranya bau durian lay tidak seharum durian pada umumnya. Lay menurut saya mirip seperti ada kunyit-kunyitnya gitu, terus biji pada lay juga lebih gelap, seperti biji durian yang sudah tua matang pohon. Dan antara daging dan biji mudah sekali dipisahkan (nglotoknya), hal ini berbeda dengan durian pada umumnya yang apabila sudah matang berdaging lembut sedikit "benyek" dan sudah memisahkan antara daging dan biji.
Bagi saya lay mungkin berbeda dengan durian pada umumnya tapi secara rasa saya sebagai yang sudah menikmati durian lay ini tidak rela kalau durian seenak ini dibilang seperti ketela. Mungkin bagi sebagian orang yang bilang lay seperti ketela adalah bagi mereka yang makan lay dalam keadaan tidak matang, masih keras atau keadaan lainnya. Kita perlu ingat bahwa durian umum juga tidak akan enak dimakan kalau dalam keadaan daging keras, termasuk monthong. Monthong yang berdaging keras rasanya seperti Nangka muda (gori), nah itu juga berlaku pada durian lay. Ayo coba dulu durian lay yang matang, yang benar-benar matang berdaging "amoh" lembut, setelah itu kami tunggu komentar anda....
Berani ???!!!




Wednesday 5 October 2016

Oh Begini toh rasanya Jeruk Dekopon...

Ada jeruk yang saat ini lagi menjadi perbincangan dikalangan petani, konon katanya berasal dari Jepang. Tidak ada bijinya, buanya juga lebih besar ada yang mencapai 1kilo satu buahnya. Dan yang lebih mencengangkan lagi "katanya" harga sekilo bisa mencapai Rp. 100.000. WOW banget kan?

Terus terang saya penasaran dan akhirnya googling, ada banyak ulasan mengenai jeruk ini. Dari berbagai website menerangkan tentang jeruk ini. Mulai dari rasa, warna dan tentunya harga yang menggiurkan. Banyak juga foto-foto dekopon baik asli dari jepang maupun yang hasil dari budidaya di Bandung.

Karena rasa ingin tau saya itulah maka saya bertanya kepada teman, namanya bapak Budi Hartono, seorang pembibit asal Cirebon yang beliau sudah memiliki bibit bahkan sudah menjadi indukan. Dekopon yang ada di "Bibit Unggul Nursery" (nama pembibitan milik pak Budi Hartono) itu ditanam dalam pot dan sudah berbuah. Dari sekitar 3 atau 4 pohon (saya lupa pastinya berapa) sudah berbuah semua. Sebagian sudah menjelang matang. Alhamdulillah atas kebaikan beliau akhirnya saya kebagian 2 buah. Ukurannya cukup besar menurut saya yang biasah membli jeruk dipasar. Bagi saya ukuran jeruk yang hampir satu mangkok itu seperti "Jeruk Jumbo". Tidak saya timbang tapi kira-kira itu sekitar 3 ons kurang lebih. Satunya lagi sekitar 2 ons (kurang lebih juga).

Kalau dari segi warna agak kurang cerah seperti yang saya lihat di Google. Apa ini dikarenakan dekopon dari pak Budi ini ditanam di daerah panas (Cirebon). Atau mungkin karena di tanam di dalam pot sehingga nutrisi kurang? ya saya belum tahu jawabannya. Kalau soal rasa (lagi lagi menurut saya) kurang manis, masih ada asam-asamnya gitu (hahaha). Kata pemiliknya (pak Budi Hartono) di "duga" kurang KCL, gitu katanya.






yaudah mari saksikan videonya aja, cekidot :

https://www.youtube.com/watch?v=z1qLYdOULUo




Monday 3 October 2016

Untung mana, menanam Sengon atau Durian Bawor ?

Sengon (Albizia chinensis) adalah sejenis pohon anggota suku Fabaceae. Pohon peneduh dan penghasil kayu ini tersebar secara alami di India, Asia Tenggara, selatan, dan Indonesia (Sumber : Wikipedia). Termasuk di desaku, Desa Lemahabang Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan.
Daun pohon sengon
Diakui atau tidak dengan adanya sengon daerah saya menjadi lebih maju, pendapatan warga menjadi meninkat, kesejahteraan juga jadi lebih baik. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya kepemilikan motor oleh tiap-tiap rumah, pembangunan rumah yang tadinya dari bilik bambu menjadi rumah permanen dan bagus, semua kemajuan tersebut tidak luput setelah masyarakat menanam sengon dan menjualnya. Sengon menjadi primadona tanaman, bahkan lahan pertanian tanaman yang sebelumnya padi berubah menjadi perkebunan sengon, tidak tanggung-tanggung hampir (kurang lebih 90%) sawah tidak lagi menanam padi melainkan sengon. Ya saya bilang 90% bukan asal nulis melainkan itu fakta, silahkan datang di desa kami, akan sangat sulit menemukan lahan persawahan yang menanam padi, hanya sedikit itupun untuk sawah yang sistem irigasinya bagus, yang dekat dengan kali sehingga masih mempertahan menanam padi. Banyak faktor mengapa para petani beralih dari padi ke sengon, salah satunya hasil panen yang dari tahun ke tahun tidak pernah memuaskan bahkan cenderung "gagal maning gagal maning" yang berujung rugi. Dengan datangnya sengon seakan menjadi angin segar bagi para petani yang sudah capek, sudah lelah menanam padi yang tiada hasil maksimal, biaya ongkos tanam serta harga pupuk yang mahal sedangkan harga gabah tidak sesuai.
 Loh kok saya jadi curhat begini.....padahal kan judulnya tentang sengon dan durian bawor. Oke tadi sedikit cerita betapa sengon menjadi primadona di daerah saya sehingga tampaknya tidak ada lagi tanaman yang lebih menguntungkan lagi selain sengon. Akhir-akhir ini datanglah penantang sang primadona masyarakat yaitu Durian Bawor. Asalnya dari Banyumas sudah ditanam didaerah saya namun belum terlalu banyak. Hasilnya tidak mengecewakan seperti Durian Monthong yang sudah ditanam dan hasilnya "sangat mengecewakan". Saat ini Durian Bawor juga menjadi pilihan terbaik bagi masyarakat yang sudah terlanjur meninggalkan padi. Namun dikarenakan belum adanya perkebunan Bawor secara massal maka masih banyak perdepatan lebih baik mana antara menanam sengon atau Bawor. 
Durian Bawor

Untuk petani yang sudah berada di "Zona nyaman" menanam sengon adalah pilih yang terbaik, karena dengan perawatan yang minim sengon bisa maksimal. Musim kemarau panjang saja sengon tanpa penyiraman dapat bertahan, kalau boleh ibaratkan menanam sengon sekali tinggal tunggu 4-5 tahun pasti panen. Lain dengan durian yang panen hanya setahun sekali itupun belum tentu berbuah, begitu kata pencinta sengon, namun lain kata dengan yang sudah mulai mencintai Durian Bawor. Durian Bawor dianggap sebagai alternatif selain sengon, bahkan durian Bawor dirasa bisa melebihi sengon apabila dibudidayakan secara internsif (hanya menanam satu tanaman yaitu durian dalam satu kebun). Memang pada awal tanam 4-5 Tahun hasil dari durian ini belum sebanyak sepeti menanam pohon sengon akan tetapi untuk durian bisa panen setiap 1th sekali dan hasilnya semakin banyak sesuai dengan semakin besarnya pohon yang tumbuh. Nah kita tidak usah berpihak ke salah satu "pendukung", disini penulis akan coba memaparkan dari segi angka dan perkiraan secara umum membandingkan antara menanam pohon sengon dan durian bawor. Bagi masyarakat yang masih bingung mau nanam yang mana berikut mari kita analisa bersama tentang dua tanaman ini.





Perbandingan menggunakan luas tanah masing - masing  adalah 5.000 Meter persegi (setengah hektar).

Sengon,
Biaya :
Beli Bibit Rp. 2.000 x 500 bibit = Rp. 1.000.00
Penanaman =  Rp. 1.000.000
Pemupukan Rp. 500.000 x 5 th     = Rp. 2.500.000
Perawatan (pembersihan rumput) = Rp. 3.000.000
Lainnya = Rp. 2.000.000
Jumlah  Rp. 9.500.000
 
Hasil :
Panen 500 Pohon x Rp. 300.000 = Rp. 150.000.000
Keuntungan Rp. 150.000.000 - Rp. 9.500.000 = Rp. 140.500.000
(dengan asumsi tidak ada pohon yang tumbang sebelum 5 Th)

Durian Bawor,
Biaya :
Beli bibit Durian Bawor Rp. 100.000 x 50 pohon = Rp. 5.000.000
(bibit ukuran kurang lebih 1 meter)
Penanaman = Rp. 1.000.000
Pupuk kandang Rp. 5.000/karung x 50 pohon x 5 th = Rp. 1.250.000
(dengan asumsi 1 karung pupuk kandang 5 ribu rupiah)
Perawatan Rp. 1.000.000 x 5 th = Rp. 5.000.000
Lainnya : Rp. 2.000.000
Jumlah Rp. 14.250.000

Hasil :
Panen 1 pohon x 30 kilo (satu pohon anggap berbuah 10 butir masing2 3kg) x 50 pohon x Rp. 30.000
= Rp. 45.000.000
(dengan asumsi harga per kilo durian bawor Rp. 30.000)
maka dengan perkiraan 1 pohon berbuah 10 butir saja kita mendapatkan Rp. 45 juta per tahun.
maka Rp. 45.000.000 - 14.250.000 (biaya) = Rp. 30.750.000
jadi Rp. 30.750.000 x 5 th = Rp. 153.750.000

hasilnya Sengon Rp. 140.500.000 - Rp. 153.750.000 = Rp. 13.250.000. dan ternyata dimenangkan oleh Durian Bawor, itupun dengan anggapan kalau durian bawor hanya berbuah 10 buah per pohon tiap tahun, sedangkan kenyataan di kebun semakin besar pohon semakin banyak pula buahnya.


kalau pohon Bawor nya berbuah seperti ini bagaimana?

 atau seperti ini ???
 tuh yang masih kecil aja begini ........

Jadi sekarang bagaimana menurut SAMPEAN? masih mau nanam SENGON atau DURIAN BAWOR ?
monggoooo.....

Pemangkasan pada Pohon Durian

Apakah anda menginginkan pohon durian yang sehat, dan berbuah lebat seperti foto dibawah ini :

Perhatikan buah yang menempel dibatang itu, batangnya tetata rapi besar- besar, sehingga buah yang segitu banyaknya mampu ia tahan. Batang yang besar tersebut akibat dari perawatan yang salah satunya adalah PEMANGKASAN.
Menanam durian bukan seperti menanam pohon sengon/ Albasia , kalau "nandur" sengon bisa saja kita tanam dari bibit kecil umur 3 bulanan pada sore hari terus kita tinggal, ntar 4 tahun kemudian kita panen...hehehe
Bibit sengon

Sengon dewasa
perawatan pada pohon durian selain pemupukan dan pengendalian hama kita juga harus memperhatikan yang namanya "Pemangkasan".
Seperti rambut aja ya..... bayangkan saja rambut manusia kalau tidak dipangkas maka tumbuhnya akan semprawut, tidak beraturan, kemana-mana, bahkan bisa menjadi sarang penyakit....
Contoh rambut yang dibiarkan / tidak dipangkas
kecuali untuk sebaian orang yang sengaja membiarkan rambutknya tidak tertata dan tidak dipangkas, namun pada orang umumnya rambut rutin dipangkas agar lebih rapi.

Nah begitu juga dengan pohon durian, memerlukan pengurangan batang-batang yang sekirannya tidak terlalu penting. Pemangkasan pada pohon durian sendiri bertujuan salah satunya adalah agar pohon tumbuh secara maksimal dan buah juga maksimal karena buah letaknya dibatang, Batang tersebut sebainya dikurangi dengan cara pemangkasan "yang benar". Kenapa yang benar ? karena kalau salah dalam pemangkasan maka akan merugikan tanaman itu sendiri, karena apabila pemangkasan salah maka pertumbuhan akan menjadi lamban. Adapun beberapa tips dari saya untuk pemangkasan pohon durian sebagai berikut :

Perhatikan gambar berikut ini :
pada ilustrasi pohon durian diatas, cabang dengan lingkaran warna kuning, biru dan merah merupakan contoh batang yang akan dieksekusi. Mulai dari yang pertama kuning, batang ini terlalu dekat dengan tanah, memang pada awalnya batang yang dekat dengan tanah bisa membuat pohon durian jadi lebih menarik dikarenakan kalau ada buahnya terkesan jadi "pohon pendek udah berbuah". Namun kalau dibiarkan terus dikhawatirkan semakin besar pohon makan semakin panjang batang dan itu artinya bisa mengganggu kalau ada bangunan atau jalan disekitarnya.
Kedua lingkaran yang biru, jelas terlihat batang yang dilingkari biru tampak kecil, mirip seperti batang serabut, sebaiknya batang tersebut dipotong saja, batang kecil juga memerlukan nutrisi, sehingga nutrisi yang diedarkan ke batang besar jadi berkurang, maka sebaiknya dipotong dan makanan yang ke batang sebelahnya lebih maksimal.
Terakhir warna merah, untuk batang denga lingkaran merah tampak tumbuh sangat bagus, terlihat dari besarnya batang yang hampir sama dengan batang lainnya, tapi kenapa harus dipotong? lihatlah pertumbuhan batang sebelahnya, disebelah batang lingkaran merah itu adalah batang utama, batang yang tumbuh dari bawah ke atas, untuk pemangkasan diperlukan karena dikhawatirkan batang itu akan mengalahkan batang utama sehingga nantinya pohon jadi jelek. Antara cabang dan pokok lebih besar cabangnya.
nah itu dia sedikit ulasan tentang bagaimana cara pemangkasa pada pohon durian, semoga bermanfaat....
mohon masukan dan sharingnya...saya juga masih belajar...terima kasih